Sudah hampir seminggu ini angin dan hujan mengguyur. Bahkan anginpun begitu dasyat, sampai beberapa pohon tumbang di beberapa daerah dan memakan korban nyawa. Banyak sudah keluhan serta cacian dari mulut kita, tanpa kita sadari. "Kalau ga hujan pasti aku bisa ketemu dengan dia dan bisa dapatkan project itu..." . Seorang pedagangpun sempat mengatakan "... hari ini lumayan hasilnya Pak, cuacanya cerah, pengunjung banyak, tidak seperti minggu lalu, pengunjung sepi karena hujan lebat." Lanjutnya. Kadang kita sendiri pasti tidak sadar dan spontan mengatakan; "... Wah hujannya kok ga berhenti berhenti sih..." atau " Gara - gara hujan jadi terlambat datang ke kantor.." dan masih banyak lagi umpatan-umpatan itu.
Sekitar 2 tahun yang lalu masih kita ingat saat banjir menggenangi sebagian besar ibukota, dan bebrapa daerah juga. Sebagian besar dari kita yang terkena musibah tersebut serempak menyebutkan hujan sebagai penyebab utama dari banjir. Hampir semua seakan sepakat mengatakan bahwa hujanlah penyebabnya. Kita tiada henti menghujat hujan seakan lupa kontribusi kita kepada banjir dimana pembangunan kota lebih menitikberatkan keuntungan materi dibanding penataan yang baik ataupun kontribusi kita dalam membuang sampah ke kali, got ataupun saluran kota lainnya dan beberapa hal kecil di lingkungan kita sendiri.
Coba kita mengingat serta merenung sebentar, dengan menyimak kisah yang terjadi di sekitar kita berikut ini.
Ada seorang Pelukis yang sangat ahli membuat sketsa wajah. Dia mendapat order membuat sketsa wajah seorang pengusaha kaya. Setelah lukisan itu selesai, sang pelukis menyerahkan lukisan untuk meminta upah dari hasil jerih payahnya itu. Setelah selang beberapa saat, tiba - tiba sang pengusaha mengatakat: " Waduh..!! Kok Jelek ya lukisan kamu..!! sambil menyodorkan kembali ke pelukis dengan kasar... "nih !!!". Apakah yang pelukis rasakan.. dengan ejekan itu???
Itu hanya salah satu contoh, masih banyak contoh lain yang terjadi di sekitar kita: Jangankan sebuah karya lukisan, bahkan bukan milik kita saja kadang kita membela mati-matian untuk membela seorang BOS kita di kantor. Nah dari sekilas cerita itu kita bisa bayangkan. Bagaimanakah dengan Sang Pencipta Hujan dan Angin, yang telah kita cela beberapa kali dan setiap saat kita jadikan kambing hitam.... Ehmmm... Apa yang akan terjadi..???
Disini tanpa kita sadari kita sudah memasang badan kita untuk menjadi RIVAL dari SANG PENCIPTA. Begitu bencikah kita akan salah satu karunia-Nya kepada kita yang berupa hujan dan angin ini..?? Kita bukannya memberikan SYUKUR atas karunia-NYA. Di saat musim panas kita menggerutu, di saat hujan datang kita mengancam dan memaki. Sadarkah kita Kematian, Rizki serta Jodoh kita ada di tangan-NYA.
Kembali lagi dengan Hujan, di balik itu semua ternyata ada rahasia besar;
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[1]mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
"Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun."
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
"Dua do'a yang tidak akan ditolak: [1] do'a ketika adzan dan [2] do'a ketika ketika turunnya hujan."
Do’a yang amat baik dibaca kala itu adalah memohon diturunkannya hujan yang bermanfaat. Do’a yang dipanjatkan Rasululloh adalah,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Allahumma shoyyiban naafi'aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”
Kita hanya manusia yang juga diciptakan oleh-Nya. Tidak seujung kukupun kita bisa menandinginya. Hanya atas ijin-Nya semua bisa terjadi atas diri kita sampai detik ini. Renungan buat manusia Abu-Abu.